Sekilas
tulisan di atas tampak seperti tulisan berbahasa Arab, bukan? Tetapi, mintalah orang
Arab untuk membacanya, pasti mereka tidak akan bisa. Mengapa demikian? Karena tulisan
di atas bukanlah huruf Arab, melainkan huruf Pegon.
Apa itu Huruf Pegon?
Huruf
Pegon adalah sistem penulisan (writing system) yang menggunakan/meminjam
aksara Arab yang dimodifikasi (Arabic modified script) untuk menuliskan ejaan
bahasa-bahasa lokal, semisal bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, dan bahasa
Bali, termasuk juga digunakan untuk menuliskan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu.
Konon, kata Pegon berasal dari lafal Jawa Pego, yang berarti
menyimpang.
Para
santri Pesantren dan siswa madrasah diniyah yang berafiliasi di bawah
organisasi Nahdlatul Ulama (NU) tentu tidak asing dengan huruf Pegon.
Bahkan, mereka sangat karib karena untuk memaknai kitab salaf mereka harus
menggunakan huruf ini. Setidaknya, untuk tingkat dasar (ibtida’), huruf
Pegon menjadi huruf utama dalam kitab-kitab yang mereka kaji. Sebut saja
beberapa kitab tingkat dasar karya ulama Nusantara, di antaranya, Fasholatan
karya KHR. Asnawi Kudus, Syi’ir Bahasa Arab (Ro’sun sirah)
karya Kiai Zubaidi Hasbullah, Kitab Alala
[1], Ngudi Susilo karya
KH. Bisri Mustofa, dan lain-lain.
Keunikan Huruf Pegon
Dilihat
dari struktur penulisannya, huruf Pegon mempunyai keunikan tersendiri.
1. Tulisannya
seperti tulisan Arab pada umumnya. Akan tetapi, jika dicermati, rangkaian hurufnya
tidak membentuk kata dalam bahasa Arab.
2. Menggunakan
semua aksara hijaiyah, dilengkapi dengan konsonan abjad Indonesia yang telah
dimodifikasi. Misalnya, untuk konsonan P menggunakan huruf fa’ dengan tiga titik
di atasnya; konsonan C menggunakan huruf Jim yang bertitik tiga
di bawah; konsonan G menggunakan huruf Kaf yang bertitik tiga di bawah atau bertitik satu di atas.
Sejak Kapan Ada Huruf Pegon?
Konon,
tradisi menulis dengan huruf Pegon telah tumbuh sejak abad ke-16. Bahkan, ada
pula yang berpandangan bahwa penulisan Arab Pegon di Nusantara diperkirakan telah
ada sejak tahun 1300 M/1400 M seiring dengan masuknya agama Islam menggantikan
kepercayaan animisme, Hindu, dan Budha.
Mengenai
siapa yang menemukan huruf Arab Pegon, para peneliti belum menemukan titik terang.
Namun, yang jelas, bisa dipastikan huruf Pegon merupakan karya intelektual muslim
Nusantara pada abadnya.
[1]
Kitab kecil yang terdiri dari 37 bait nazham ini sebetulnya merupakan kumpulan bait-bait
syi’ir yang termaktub acak dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya az-Zarnuji. Kitab Alala memiliki beberapa versi cetakan/penerbitan. Dalam satu versi tidak dicantumkan nama pengarangnya. Sementara dalam versi lain ada yang mencantumkan nama Muhammad Abu Basyir Al-Dimawi, dan ada pula nama Muhammad Hasanuddin Hafid al-Marhum & Haji Muhammad Masyhadi Pekalongan, sebagai pengarangnya (penyusun bait-bait
syi’ir berbahasa Jawa dan berhuruf Pegon).
0 komentar: