All Stories

Jumat, 29 Juni 2018


Selamat malam pembaca. Mungkin admin terlalu bersemangat ya, malam-malam begini update berita terbaru dari madrasah. Malam yang sangat indah karena kemarin malam nampaknya ada kenampakan alam blood moon ya. Ada yang sempat menyaksikan? okelaah
Pagi tadi, tepat hari Jum’at tanggal 29 Juni 2018 madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pijenan kedatangan motivator hebat yang berasal dari Solo, kalau sekilas membaca CV (curriculum vitae) beliau, nampaknya perjalanan pengalaman mengajar ataupun menjabat sebagai kepala sekolah sudah cukup mumpuni ditambah lagi kini beliau menjadi konsultan pendidikan.
Nah, segitu dulu ya perkenalannya. Sekarang kita baca dan simak bersama isi dari motivasi yang beliau sampaikan tadi.
  1.  Guru, digugu lan ditiru. Apa yang kita lakukan akan menjadi magnet tersendiri bagi siswa. Karena siswa itu adalah manipulasi yang handal, dan sentral pendididkan kalau bukan guru siapa lagi. Nah, kalau kita sadar posisi kita sebagai seorang pendidik, kita harus bisa mengontrol apapun yang akan kita lakukan. Apalagi dengan adanya posisi menjadi guru yang selalu berjam2 dihadapan siswa, harus bisa mengelola emosi, menstabilkan semangat, dan tentunya bisa mendidik dan menyampaikan ilmu secara seimbang. Segala sesuatu jika dimulai dari hati maka hatipun yang akan menerima, jika kita mendidik dari hati, maka hati anakpun yang akan menerima. 
  2. Siswa bukan sebuah warna, bukan sebuah satu warna yang bisa diperlakukan sama. Kelas adalah ruang praktik bersama. Dimana kita sadar, bahwa didalam kelas terdapat berbagai macam warna yang semuanya jika disajikan secara bersama-sama akan menjadi kesatuan yang indah. Kita tidak bisa memperlakukan warna biru sama dengan memperlakukan warna merah. Warna hanyalah sebuah contoh bahwa murid itu bukan sesuatu hal yang bisa kita samakan dalam hal apapun termasuk dalam hal kemampuan anak. Setiap anak mempunyai kemampuan dan bakat yang berbeda, kita tidak bisa memaksa satu kelas untuk bisa berbakat dalam satu hal yang sama. Sampai halnya ikan, ikan ya ikan, kita tidak akan bisa memaksa ikan untuk bisa terbang seperti burung dan memanjat seperti kucing. Pahami kemampuan anak dan temukan bakat yang ada dalam diri anak.
  3. Dimanapun satuan pendidikan, pasti selalu mempunyai visi dan misi. Setiap hari senin dalam upacara bendera akan ada waktu khusus untuk membaca visi misi madrasah secara bersama-sama. Visi dan misi akan bisa melekat dalam diri seorang apabila kita senantiasa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya formalitas tulisan yang tak bermakna tapi harapannya dalam sebuah visi dan misi itu, semua yang berada dilingkungan madrasah bisa memahaminya secara nyata. Karena visi melambangkan satu tujuan bersama yang nantinya akan dirawat dan dipetik secara bersama-sama juga. Dan selain itu, pribadi masing-masing guru juga harus mempunyai visi misi dalam hidupnya, agar lebih bisa mempunyai greget dalam menjalani kehidupan.
  4. Pembentukan karakter itu dilmulai dari diri sendiri, untuk memulai segala sesuatunya tentunya harus berasal dari hal yang tersempit dan terkecil. Jika kita ingin merubah dunia, maka hal utama yang harus kita lakukan adalah merubah diri sendiri. Kalau kita saja enggan merubah diri sendiri, jangan harap bisa merubah oranglain. Mulai dari hati, mantapkan niat, lalu mulai melangkah untuk menemukan hal-hal yang baru. Jika kita melihat madrasah-madrasah hebat, tentu guru-guru dan orang yang berada dalam lingkungan mdrasah juga hebat. Pendidik adalah orang yang harus bisa mencintai ilmu, haus akan ilmu-ilmu, dan juga haus untuk membagikan ilmu yang ia dapatkan kepada oranglain. Dengan begitu akan terjadi keseimbangan, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa dibagikan dan bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu, di harapkan para pendidik, jangan ada alasan untuk berhenti belajar, karena belajar itu dimulai dari kita lahir sampai masuk tiang lahat. Menfaatkan waktu yang masih ada untuk belajar untuk berkarya dan belajar lebih lagi.

sekian
_Semoga bermanfaat_





Sharing Bersama Motivator Pendidikan

MI Ma'arif Pijenan   at  Juni 29, 2018  1 comment


Selamat malam pembaca. Mungkin admin terlalu bersemangat ya, malam-malam begini update berita terbaru dari madrasah. Malam yang sangat indah karena kemarin malam nampaknya ada kenampakan alam blood moon ya. Ada yang sempat menyaksikan? okelaah
Pagi tadi, tepat hari Jum’at tanggal 29 Juni 2018 madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pijenan kedatangan motivator hebat yang berasal dari Solo, kalau sekilas membaca CV (curriculum vitae) beliau, nampaknya perjalanan pengalaman mengajar ataupun menjabat sebagai kepala sekolah sudah cukup mumpuni ditambah lagi kini beliau menjadi konsultan pendidikan.
Nah, segitu dulu ya perkenalannya. Sekarang kita baca dan simak bersama isi dari motivasi yang beliau sampaikan tadi.
  1.  Guru, digugu lan ditiru. Apa yang kita lakukan akan menjadi magnet tersendiri bagi siswa. Karena siswa itu adalah manipulasi yang handal, dan sentral pendididkan kalau bukan guru siapa lagi. Nah, kalau kita sadar posisi kita sebagai seorang pendidik, kita harus bisa mengontrol apapun yang akan kita lakukan. Apalagi dengan adanya posisi menjadi guru yang selalu berjam2 dihadapan siswa, harus bisa mengelola emosi, menstabilkan semangat, dan tentunya bisa mendidik dan menyampaikan ilmu secara seimbang. Segala sesuatu jika dimulai dari hati maka hatipun yang akan menerima, jika kita mendidik dari hati, maka hati anakpun yang akan menerima. 
  2. Siswa bukan sebuah warna, bukan sebuah satu warna yang bisa diperlakukan sama. Kelas adalah ruang praktik bersama. Dimana kita sadar, bahwa didalam kelas terdapat berbagai macam warna yang semuanya jika disajikan secara bersama-sama akan menjadi kesatuan yang indah. Kita tidak bisa memperlakukan warna biru sama dengan memperlakukan warna merah. Warna hanyalah sebuah contoh bahwa murid itu bukan sesuatu hal yang bisa kita samakan dalam hal apapun termasuk dalam hal kemampuan anak. Setiap anak mempunyai kemampuan dan bakat yang berbeda, kita tidak bisa memaksa satu kelas untuk bisa berbakat dalam satu hal yang sama. Sampai halnya ikan, ikan ya ikan, kita tidak akan bisa memaksa ikan untuk bisa terbang seperti burung dan memanjat seperti kucing. Pahami kemampuan anak dan temukan bakat yang ada dalam diri anak.
  3. Dimanapun satuan pendidikan, pasti selalu mempunyai visi dan misi. Setiap hari senin dalam upacara bendera akan ada waktu khusus untuk membaca visi misi madrasah secara bersama-sama. Visi dan misi akan bisa melekat dalam diri seorang apabila kita senantiasa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya formalitas tulisan yang tak bermakna tapi harapannya dalam sebuah visi dan misi itu, semua yang berada dilingkungan madrasah bisa memahaminya secara nyata. Karena visi melambangkan satu tujuan bersama yang nantinya akan dirawat dan dipetik secara bersama-sama juga. Dan selain itu, pribadi masing-masing guru juga harus mempunyai visi misi dalam hidupnya, agar lebih bisa mempunyai greget dalam menjalani kehidupan.
  4. Pembentukan karakter itu dilmulai dari diri sendiri, untuk memulai segala sesuatunya tentunya harus berasal dari hal yang tersempit dan terkecil. Jika kita ingin merubah dunia, maka hal utama yang harus kita lakukan adalah merubah diri sendiri. Kalau kita saja enggan merubah diri sendiri, jangan harap bisa merubah oranglain. Mulai dari hati, mantapkan niat, lalu mulai melangkah untuk menemukan hal-hal yang baru. Jika kita melihat madrasah-madrasah hebat, tentu guru-guru dan orang yang berada dalam lingkungan mdrasah juga hebat. Pendidik adalah orang yang harus bisa mencintai ilmu, haus akan ilmu-ilmu, dan juga haus untuk membagikan ilmu yang ia dapatkan kepada oranglain. Dengan begitu akan terjadi keseimbangan, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa dibagikan dan bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu, di harapkan para pendidik, jangan ada alasan untuk berhenti belajar, karena belajar itu dimulai dari kita lahir sampai masuk tiang lahat. Menfaatkan waktu yang masih ada untuk belajar untuk berkarya dan belajar lebih lagi.

sekian
_Semoga bermanfaat_





Lanjutkan Membaca→

1 komentar:

Selasa, 26 Juni 2018

“Aku mau bercerita sedikit. Tolong dengarkan, ya,” kata (alm) KH. Nawawi Abdul Aziz, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem Bantul,  sekira sembilan tahun lalu. Sebagai tamu sekaligus santri, tentu saya ta’zhim dan setia mendengarkan beliau bercerita.
“Ada seorang kiai mempunyai pesantren dengan 30 orang santri,” tutur beliau. “Awalnya, dia sangat rajin mengajar para santrinya itu. Suatu hari, kiai ini mendapat undangan berceramah di luar kota. Terpaksa dia harus meliburkan jadwal mengajinya untuk para santri. Sontak para santri bersorak girang karena pengajian diliburkan.”
Mbah Nawawi, demikian beliau akrab disapa, sejenak menarik napas dalam-dalam lalu merapikan pakaian yang beliau kenakan dan menggeser posisi duduk agar lebih nyaman.
“Sekali, dua kali, tiga kali pengajian diliburkan, para santri menyambutnya dengan gembira,” beliau melanjutkan kisahnya. “Namun, pada kali keempat, ketika sang kiai hendak absen lagi dari mengajar karena harus berceramah di luar kota, tidak tampak lagi kegembiraan di wajah para santrinya. Semua muka masam. Semua mulut terdiam. Semuanya lalu bergegas mengemasi kitab dan pakaian, keluar dari pesantren itu.”
Saat itulah kiai tersebut tersadar bahwa sebagai mu’allim (pengajar) dan murabbi (pendidik) dia sejatinya mengemban amanah yang tidak ringan, yakni istiqamah dan bertanggung jawab lahir batin untuk mendidik para santri dan anak-anak didiknya.
Saat itu Mbah Nawawi tidak menyebutkan siapa dan di mana pelakon dalam cerita yang beliau tuturkan. Bahkan, sampai beliau wafat pada 24 Desember 2014, pelakon dan locus (tempat) dalam cerita itu tidak pernah beliau gamblangkan. Bisa jadi sekadar cerita rekaan untuk mewejang saya kala itu. Namun, bisa pula memang kisah nyata yang tak elok disebutkan pelakonnya. Terlepas dari rekaan atau kenyataan, sesungguhnya cerita tersebut merupakan wejangan yang sarat dengan pesan moral, terutama tentang istiqamah dan amanah.
Pendidikan akan mencapai puncak keberhasilan dan keberkahan manakala semua pihak bersama-sama mengedepankan prinsip istiqamah dan amanah. Jika kepala sekolah, guru, staf, orang tua, komite sekolah, orang tua siswa, dan para siswa sadar akan pentingnya amanah dan istiqamah, insyaAllah tujuan pendidikan di sekolah tersebut akan tercapai dengan taburan keberkahan dari Allah Ta’ala. Kesadaran akan hal ini tidak bisa dibangkitkan hanya dengan cara diseminarkan atau dijadikan slogan, tetapi harus benar-benar ditanamkan secara ruhaniah di dalam hati.

Educating the mind without educating the heart is no education at all.” — Aristoteles
(Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah tidak mendidik sama sekali.)

Istiqamah menunaikan amanah memang teramat berat. Karenanya para ulama mengatakan, “Satu keistiqamahan lebih baik daripada seribu keramat.” Rasulullah juga bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah, dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (HR. Ahmad)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa membuka kesadaran kita dan memberi pertolongan kepada kita agar senantiasa beristiqamah dalam menunaikan amanah. Aamiin… []

*) Intisari tulisan ini telah dipublikasikan di SKH. Kedaulatan Rakyat pada Jumat Kliwon, 5 Januari 2018, halaman 10. Dipublikasikan juga di http://www.pondok-ngrukem.com

Pesan KH. Nawawi Abdul Aziz

Irham Sya'roni   at  Juni 26, 2018  No comments

“Aku mau bercerita sedikit. Tolong dengarkan, ya,” kata (alm) KH. Nawawi Abdul Aziz, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem Bantul,  sekira sembilan tahun lalu. Sebagai tamu sekaligus santri, tentu saya ta’zhim dan setia mendengarkan beliau bercerita.
“Ada seorang kiai mempunyai pesantren dengan 30 orang santri,” tutur beliau. “Awalnya, dia sangat rajin mengajar para santrinya itu. Suatu hari, kiai ini mendapat undangan berceramah di luar kota. Terpaksa dia harus meliburkan jadwal mengajinya untuk para santri. Sontak para santri bersorak girang karena pengajian diliburkan.”
Mbah Nawawi, demikian beliau akrab disapa, sejenak menarik napas dalam-dalam lalu merapikan pakaian yang beliau kenakan dan menggeser posisi duduk agar lebih nyaman.
“Sekali, dua kali, tiga kali pengajian diliburkan, para santri menyambutnya dengan gembira,” beliau melanjutkan kisahnya. “Namun, pada kali keempat, ketika sang kiai hendak absen lagi dari mengajar karena harus berceramah di luar kota, tidak tampak lagi kegembiraan di wajah para santrinya. Semua muka masam. Semua mulut terdiam. Semuanya lalu bergegas mengemasi kitab dan pakaian, keluar dari pesantren itu.”
Saat itulah kiai tersebut tersadar bahwa sebagai mu’allim (pengajar) dan murabbi (pendidik) dia sejatinya mengemban amanah yang tidak ringan, yakni istiqamah dan bertanggung jawab lahir batin untuk mendidik para santri dan anak-anak didiknya.
Saat itu Mbah Nawawi tidak menyebutkan siapa dan di mana pelakon dalam cerita yang beliau tuturkan. Bahkan, sampai beliau wafat pada 24 Desember 2014, pelakon dan locus (tempat) dalam cerita itu tidak pernah beliau gamblangkan. Bisa jadi sekadar cerita rekaan untuk mewejang saya kala itu. Namun, bisa pula memang kisah nyata yang tak elok disebutkan pelakonnya. Terlepas dari rekaan atau kenyataan, sesungguhnya cerita tersebut merupakan wejangan yang sarat dengan pesan moral, terutama tentang istiqamah dan amanah.
Pendidikan akan mencapai puncak keberhasilan dan keberkahan manakala semua pihak bersama-sama mengedepankan prinsip istiqamah dan amanah. Jika kepala sekolah, guru, staf, orang tua, komite sekolah, orang tua siswa, dan para siswa sadar akan pentingnya amanah dan istiqamah, insyaAllah tujuan pendidikan di sekolah tersebut akan tercapai dengan taburan keberkahan dari Allah Ta’ala. Kesadaran akan hal ini tidak bisa dibangkitkan hanya dengan cara diseminarkan atau dijadikan slogan, tetapi harus benar-benar ditanamkan secara ruhaniah di dalam hati.

Educating the mind without educating the heart is no education at all.” — Aristoteles
(Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah tidak mendidik sama sekali.)

Istiqamah menunaikan amanah memang teramat berat. Karenanya para ulama mengatakan, “Satu keistiqamahan lebih baik daripada seribu keramat.” Rasulullah juga bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah, dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (HR. Ahmad)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa membuka kesadaran kita dan memberi pertolongan kepada kita agar senantiasa beristiqamah dalam menunaikan amanah. Aamiin… []

*) Intisari tulisan ini telah dipublikasikan di SKH. Kedaulatan Rakyat pada Jumat Kliwon, 5 Januari 2018, halaman 10. Dipublikasikan juga di http://www.pondok-ngrukem.com
Lanjutkan Membaca→

0 komentar:


Wisuda purna siswa MI Ma'arif Pijenan meluluskan 17 peserta didik.... bla bla bla bla bla dengan raihan prestasi peringkat ke-9 se.....

Wisuda Purna Siswa Kelas 6 MI Ma'arif Pijenan

MI Ma'arif Pijenan   at  Juni 26, 2018  No comments


Wisuda purna siswa MI Ma'arif Pijenan meluluskan 17 peserta didik.... bla bla bla bla bla dengan raihan prestasi peringkat ke-9 se.....

Lanjutkan Membaca→

0 komentar:



Duta Budaya: Pentas Tari MI Ma'arif Pijenan unjuk kreasi di provinsi DIY bla bla bla bla bla bla bla

Duta Budaya: Pentas Tari MI Ma'arif Pijenan

MI Ma'arif Pijenan   at  Juni 26, 2018  No comments



Duta Budaya: Pentas Tari MI Ma'arif Pijenan unjuk kreasi di provinsi DIY bla bla bla bla bla bla bla
Lanjutkan Membaca→

0 komentar:


Learning by doing merupakan prinsip pembelajaran yang tidak hanya teori, tetapi lebih menekankan pentingnya praktik. Metode ini pula yang diterapkan MI Ma'arif Pijenan. Salah satunya adalah dengan kegiatan out class berupa kunjungan belajar di Radio Persatuan Kudus. Dalam kunjungan belajar ini para peserta didik dikenalkan bagaimana cara kerja penyiaran radio, sekaligus diberi kesempatan mempraktikkannya. bla bla bla bla bla bla

Kunjungan Studi ke Radio Persatuan Bantul

MI Ma'arif Pijenan   at  Juni 26, 2018  No comments


Learning by doing merupakan prinsip pembelajaran yang tidak hanya teori, tetapi lebih menekankan pentingnya praktik. Metode ini pula yang diterapkan MI Ma'arif Pijenan. Salah satunya adalah dengan kegiatan out class berupa kunjungan belajar di Radio Persatuan Kudus. Dalam kunjungan belajar ini para peserta didik dikenalkan bagaimana cara kerja penyiaran radio, sekaligus diberi kesempatan mempraktikkannya. bla bla bla bla bla bla

Lanjutkan Membaca→

0 komentar:


Sukma, duta Dai Cilik MI Ma'arif Pijenan, juara 2 Festival Anak Shaleh 2018 dalam rangka Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Harapan Ar-Risalah. Bla bla bla bla

Juara 2 Lomba Dacil

MI Ma'arif Pijenan   at  Juni 26, 2018  No comments


Sukma, duta Dai Cilik MI Ma'arif Pijenan, juara 2 Festival Anak Shaleh 2018 dalam rangka Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Harapan Ar-Risalah. Bla bla bla bla

Lanjutkan Membaca→

0 komentar:


Dalam Wisuda Siswa Kelas 6 MI dilakukan pula penyerahan secara simbolis perlengkapan sekolah gratis untuk peserta didik baru. Dalam kesempatan itu bla bla bla bla bla bla....

Perlengkapan Sekolah Gratis untuk Siswa Baru

MI Ma'arif Pijenan   at  Juni 26, 2018  No comments


Dalam Wisuda Siswa Kelas 6 MI dilakukan pula penyerahan secara simbolis perlengkapan sekolah gratis untuk peserta didik baru. Dalam kesempatan itu bla bla bla bla bla bla....
Lanjutkan Membaca→

0 komentar:

IKLAN

Untuk pemasangan iklan, silakan hubungi 085729901900 atau redaksimipijenan@gmail.com

© 2013 MI Ma'arif Pijenan. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9Published..Blogger Templates
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.